Gulata Milik Pengusaha Pribumi Rambah Pasar Sulsel, Termasuk Bone
RADARBONE.ID-Beroperasinya Pabrik Gula (PG) Bombana membawa angin segar bagi perekonomian negara ini ditengah Pandemi Covid-19. Pemilik pabrik gula ini, H Andi Amran Sulaiman – H Andi Isam menargetkan mampu menekan impor gula hingga 2 juta ton. Produk gula dengan merk Gulata itu, juga resmi masuk pasar Sulsel termasuk di Bone. “Alhamdulillah sudah dipasarkan di Sulsel bahkan sudah masuk di Bone dan dinikmati,” kata adik kandung Amran Sulaiman, Andi Asman Sulaiman kepada radarbone.id, Kamis 22 Oktober 2020. Bahkan untuk distributor pabrik gula terbesar di KTI itu untuk pasar Bone dan sekitarnya, adalah pengusaha Bone sendiri. Asman juga mengaku, harga Gulata sangat bersaing di pasaran. Ditambah kualitas yang tak kalah dari gula impor. Salah seorang warga Jalab Hos Cokroaminoto, Irfan mengaku sudah mengkonsumsi Gulata sejak sepekan terakhir. “Produk Gulata sangat bagus. Tak kalah dengan produk gula yang selama ini sudah beredar di pasaran,” ujarnya. Senada diungkapkan Hj Rahma, warga Tanete Riattang. Ia mengaku jatuh cinta dengan produk Gulata. “Gulanya, sangat putih dan bersih,” pungkasnya. Diketahui, Pabrik Gula (PG) Bombana resmi beroperasi. Pabrik gula terbesar di Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara ini, diresmikan Presiden RI H Joko Widodo (Jokowi), Kamis 22 Oktober 2020. Pabrik gula ini didirikan oleh dua pengusaha besar kelahiran Bone, H Andi Amran Sulaiman dan H Andi Isam. Amran sendiri, merupakan mantan Menteri Pertanian RI. Adik kandung Amran, Andi Asman Sulaiman menjelaskan, kepemilikan PG Bombana oleh dua orang. Selain meresmikan PG Bombana, kunjungan kerja Presiden Jokowi di Sulawesi Tenggara, juga meresmikan Jembatan Teluk Kendari Selain meresmikan PG Bombana, Presiden Joko Widodo juga meninjau lokasi panen tebu. Presiden menyebut bahwa investasi untuk membuka kebun tebu dan pabrik gula terintegrasi tersebut merupakan sebuah keberanian yang patut diapresiasi. Pabrik dengan kapasitas produksi yang tergolong besar di Indonesia tersebut dioperasikan oleh PT Prima Alam Gemilang dengan teknologi modern yang didukung otomatisasi. “Ini adalah sebuah keberanian. Keberanian membuka sebuah investasi dan usaha di tempat ini. Ini yang harus kita apresiasi dan hargai. Dimulai tiga tahun lalu dan sekarang selesai dan sudah berproduksi,” ujarnya saat memberi sambutan peresmian. Selain keberanian tersebut, satu hal yang perlu digarisbawahi ialah bahwa investasi tersebut nyatanya mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal. Dalam operasinya, kebun dan pabrik itu dapat menyerap maksimal 15.000 tenaga kerja. “Membuka industri, membuka pabrik gula, dan yang paling penting membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Ini poin yang paling penting yang ingin saya garis bawahi,” tuturnya. “Di kala situasi ekonomi seperti ini semua pengusaha pasti wait and see, berpikir untuk berinvestasi dan membuka usaha baru. Keputusan ini patut kita hargai,” imbuh Presiden. Dalam sambutannya, Presiden menjelaskan bahwa saat ini kebutuhan komoditas gula di Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sebanyak 2,1 juta ton yang mampu diproduksi di dalam negeri. Sedangkan sisanya, masih harus mengandalkan impor. “Sehingga pendirian pabrik gula di Bombana ini sekali lagi patut kita hargai karena nanti mengurangi impor. Artinya bisa memperbanyak devisa negara dan memperkuat neraca transaksi berjalan kita,” kata Presiden. Kepala Negara didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi. Pengerjaan konstruksi pabrik gula yang diresmikan Presiden ini dimulai pada awal 2017 silam dan mulai berproduksi pada Agustus tahun 2020 ini. Kapasitas pengolahan tebu yang mampu dilakukan pabrik tersebut ialah sebanyak 8.000 TCD (ton cane per day) yang mampu ditingkatkan hingga 12.000 TCD. Dengan kapasitas tersebut, pabrik mampu memproduksi gula kristal putih sebanyak 800 hingga 1.200 ton per hari.